Wedding Agreement Episode 2 Part 4


  **** “Bapak-bapak berapa lama biasanya meninggalkan rumah untuk bekerja? Dua belas jam? Lima belas jam?” ustaz memberikan khotbah Jumat. “Pergi jam enam pagi pulang jam sepuluh malam malam?”
Bian merasa ustaz sedang menunjuk dirinya. “Kalau pulang apa yang dilakukan? Meminta makan? Langsung tidur? Main handphone? Atau menonton televisi?” Kalau terlalu lelah, biasanya Bian langsung tidur.
“Apa pernah saat sampai di rumah kita menanyakan kabar istri kita? Apa yang dilakukannya seharian? Masalah apa saja yang dihadapinya?” lanjut ustaz. “Apakah dia lelah setelah beraktivitas? Bagaimana kabar anak-anak hari itu? Apa pernah?” Kadang-kadang, jawab Bian dalam hati.
Tapi dia memang tidak pernah menanyakan detail aktivitas istrinya hari itu. “Seorang istri menunggu seharian untuk bisa curhat dengan suaminya. Banyak yang ingin diceritakannya. Istri perlu mengeluarkan itu semua. Bayangkan kalau masalahnya menumpuk sampai akhirnya menjadi besar karena tidak pernah dicurahkan.”
Apakah Tari menyimpan masalahnya? “Istri punya hak atas waktu suami. Jangan sampai alasan pekerjaan dan mencari nafkah menjadi pembenaran untuk tidak memberikan perhatian kepada istri,” tambah ustaz. “Jangan sampai istri mencari curahan hati selain suami, bisa gawat jadinya.”
Bian merasa tertohok sangat dalam. Masih sedikit waktu yang ia berikan untuk istrinya. Tari memang tidak pernah protes kalau ia pulang larut malam. Tetapi bisa jadi istrinya itu menginginkan waktu lebih banyak untuk bisa berdua-duaan dengannya. Mengobrol dan berbagi cerita. Ia menarik napas. Mulai sekarang ia harus lebih memperhatikan istrinya.

 **** “Kamu sudah pulang?” Ketika mendengar suara motor suaminya masuk ke garasi, Tari segera keluar. Baru pukul delapan malam, tidak biasanya Bian pulang jam segini. “Iya.” Bian membuka helmnya. “Kenapa? Aku nggak boleh pulang cepat?” “Bukan begitu.” Bian tertawa kecil. “Yuk masuk.” Ia menggandeng istrinya ke dalam. “Aku beli siomay, kamu mau?” Bian meletakkan tas dan plastik belanjaan di meja makan. “Boleh.” Tari mengambil piring di dapur.

 “Tadi jadi ketemu sama produsen?” tanya Bian seraya duduk. “Jadi,” jawab Tari. Ia memindahkan siomay ke piring seraya melirik suaminya singkat.


Bersambung... ke sini

No comments:

Post a Comment

Alur Cerita film Mortal Kombat

 Pada abad ke-17 Jepang, pembunuh Lin Kuei, yang dipimpin oleh Bi-Han, menyerang desa Hanzo Hasashi dan anggota klan ninja Shirai Ryu sainga...