Wedding Agreement Episode 2 Part 3


“Assalamu’alaikum.” Tari memberi salam saat masuk. “Wa’alaikumussalam.” Tari menuju ruang tengah. Suaminya sedang menonton televisi, sudah berganti baju.
“Baru pulang, Sayang?” tanya Tari seraya meletakkan tas di meja makan. Ia sedikit gugup. Takut suaminya marah karena pulang terlambat dan tidak memberitahu. “Iya,” jawab Bian singkat. Tari duduk di samping suaminya. “Sudah makan?” tanyanya seraya mencium tangan Bian. “Belum.” Tari merasa bersalah, ia tidak masak apa-apa hari ini. “Aku masakin, ya.” Ia hendak beranjak berdiri. “Tidak usah,” jawab Bian datar. Matanya masih menatap ke televisi. Ia sengaja pulang cepat hari ini untuk makan malam bersama istrinya, tetapi Tari tidak ada di rumah. Tari urung ke dapur. Ia kembali duduk.
 “Maaf ... tadi bantuin Ami, ada acara di Senayan, pulangnya jadi kemalaman.” “Ponsel kamu habis baterai?” tanya Bian. Tari menggeleng. “Kenapa tidak memberitahu kalau pulang terlambat?” Suara Bian mulai naik. “Ma-maaf ... aku pikir kamu pulang telat lagi, seperti biasa,” jawab Tari lemah.
“Jadi kalau aku pulang telat, kamu bisa seenaknya pulang malam, begitu? ” Ya Allah ... Tari sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Ini kali pertama ia pulang malam. “Bukan begitu. A-aku benar-benar tidak menyangka kalau kegiatannya mundur sampai malam. Jalanan juga macet.” Tari mencoba memberikan alasan. “Aku pulang pukul sepuluh atau sebelas malam itu bekerja, Tari. Bukan main-main. Aku mencari nafkah untuk keluarga kita.” Mata Tari sudah berkaca.
Dia sama sekali tidak pernah protes kalau suaminya pulang larut malam. “Kamu tahu betapa khawatirnya aku saat menunggumu pulang?” Tari mengangguk lemah. “Maaf .... “ Ia tidak punya alasan lain. Seharusnya ia memberitahu Bian kalau akan pulang terlambat. Bian mendesah kesal. Ia mematikan televisi dan beranjak berdiri. “Aku mau tidur.” Tari menatap kepergian suaminya dengan pandangan sedih.  Air matanya menetes.

**** “Hari ini aku mau ketemuan sama produsen, terus siang ada undangan untuk sharing dikomunitas bisnis.” Tari memberitahu Bian kegiatannya hari ini. “Insyaallah sebelum magrib aku sudah sampai di rumah.” Bian hanya mengangguk singkat. Dia menghabiskan sarapannya. “Aku berangkat dulu.” Tari mengikuti suaminya ke depan. “Hati-hati.” Ia mencium tangan Bian lalu memeluk suaminya erat. Walau sedang marah, ia yakin Bian tidak akan menolak pelukannya. Bian melingkarkan tangan di bahu istrinya. Ia mengecup puncak kepala istrinya singkat. Ia memang emosi semalam, tetapi ia tidak tahan harus berlama-lama mendiamkan istrinya.

 “Assalamu’alaikum,” salam Bian ketika dia sudah berada di motornya. “Wa’alaikumussalam.” Tari melambai. Ia berharap Bian tidak berlama-lama marah padanya.

Bersambung....ke sini

No comments:

Post a Comment

Alur Cerita film Mortal Kombat

 Pada abad ke-17 Jepang, pembunuh Lin Kuei, yang dipimpin oleh Bi-Han, menyerang desa Hanzo Hasashi dan anggota klan ninja Shirai Ryu sainga...