Goosebumps buku ke 5 - Kutukan Makam Mumi part 1



hal 2
Aku melihat Piramida Besar dan sangat haus.
hanya ada pasir. Begitu kering dan kuning, rasanya sangat jauh sekali.
bahkan langit terlihat kering.
Aku menyenggol ibuku yang berada di samping. "Bu, aku benar-benar haus."
"Jangan sekarang," katanya. Sambil melindungi matanya dari matahari yang sangat terik saat dia menatap piramida yang sangat besar.
Jangan sekarang?
Apa artinya " Jangan sekarang " ? Aku sangat  haus sekarang !
Seseorang menabrak saya dari belakang dan meminta maaf dalam bahasa asing. Aku tidak pernah
bermimpi ketika pergi  melihat Piramida Besar akan ada begitu banyak wisatawan lain.
Aku pikir hampir  setengah orang di seluruh dunia ini memutuskan untuk menghabiskan liburan Natal mereka di Mesir tahun ini.
" Tapi, Bu— " kataku lagi . Aku tidak bermaksud merengek. Hanya saja tenggorokanku terasa teramat
kering. " Aku sangat haus. "
" Ibu  tidak bisa memberimu minuman sekarang," jawabnya sambil menatap piramida.
" Berhentilah bertingkah seperti anak usia 4 tahun . Kamu sudah dua belas tahun, ingat? "
" Anak usia dua belas tahun juga haus bu, " gumamku.
" Semua pasir ini  membuatku mual. "
" Lihatlah piramidanya " katanya terdengar sedikit jengkel.
" Itu sebabnya kita datang sini. Kita tidak datang ke sini hanya untuk minum. "
" Tapi aku tersedak bu ! " Aku pun menangis, terengah-engah sambil memegang tenggorokanku.
Padahalnya sebenarnya tidak. Aku hanya sedikit melebih-lebihkan berusaha untuk mendapatkan perhatiannya.
Tetapi dia hanya menarik pinggiran topinya ke bawah dan terus menatap ke arah piramida, yang berkilauan di siang hari yang terik.
Aku pun beralih ke ayah. Tapi seperti biasa, dia sedang mempelajari beberapa buku panduan wisata yang selalu dibawa kemana-mana. bahkan dia belum melihat piramida dari tadi.  Itulah yang terjadi disetiap liburan kami, ayah selalu melewatkan momen - momen pentingnya karena terlalu asik membaca buku panduan wisata.
"Ayah, aku benar-benar haus," kataku, sambil berbisik seolah-olah tenggorokanku sangat kering.
" Wow. Gabe apakah kau tahu berapa luas piramida itu? ”Dia bertanya sambil menatap foto piramida dibukunya.
"Aku haus, Ayah."
"Luasnya tiga belas hektar, Gabe," katanya dengan sangat bersemangat.
"Apakah kamu tahu itu terbuat dari apa ?"
Saya ingin mengatakan Silly Putty.
Dia selalu seperti itu  setiap kali kami melakukan perjalanan, dia selalu punya satu juta pertanyaan seperti itu.
Dan aku selalu salah menjawabnya pertanyaannya.
" Sejenis batu  mungkin ? " jawabku.

hal 3

" Hampir betul ," sambil tersenyum melihat kearahku , lalu kembali lagi  ke bukunya.
"Itu terbuat dari batu gamping. Blok batu kapur. Dikatakan di sini bahwa beberapa balok memiliki berat hingga seribu ton. "
"Wah," kataku. " Itu lebih dari berat ayah dan Mom! "
Dia memalingkan matanya dari buku dan mengerutkan keningnya padaku. " Tidak lucu, Gabe. "
" Hanya bercanda, " kataku. Ayah sedikit sensitif tentang berat badannya, jadi saya mencoba menggoda
tentang hal itu sesering mungkin.
“Bagaimana menurut mu orang - orang  Mesir kuno memindahkan batu yang beratnya seributon? " dia bertanya.
Waktu kuis belum berakhir.
Saya menebak. "Dengan truk?"
Dia tertawa. "Truk ? Mereka tidak memiliki kemudi. "
Aku melindungi mataku dan menatap ke piramida. Memang sangat besar, jauh lebih besar daripada yang terlihat di gambar. Dan sangat kering.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana mereka menarik batu-batu besar itu ke pasir tanpa kendaraan .
" Aku menyerah yah ," sambil mengakui kekalahan kali ini . " Aku sangat haus."
"Tidak ada yang tahu bagaimana mereka melakukannya," kata Ayah.
Ternyata itu pertanyaan jebakan.
" Ayah, aku benar-benar butuh air."
"Jangan sekarang," katanya. Dia menyipitkan matanya lagi ke arah piramida.
" Memberimu perasaan lucu, bukan? "
"Aku merasa haus yah ," memperjelas maksudku kali ini.

"Tidak. Maksudku, itu memberikan perasaan lucu untuk berpikir bahwa leluhur kita Gabe,  mungkin berjalan di sekitar piramida ini, atau bahkan membantu membangunnya.
Itu terdengar sangat keren. Bagaimana menurutmu Gabe?"
"Yah mungkin juga ," kataku padanya. terkadang ayahku benar. cukup keren memang.
Karena Kami berasal dari  Mesir,  kakek dan nenekku berasal dari Mesir.
Mereka pindah ke Amerika Serikat sekitar tahun 1930. Ibu dan ayahku keduanya lahir di Michigan.
Kami semua sangat senang melihat negara asal leluhur kami.
"Aku ingin tahu apakah pamanmu Ben ada di dalam piramida itu sekarang," kata Ayah,

Paman Ben Hassad. hampir saja aku  melupakan paman, Pamanku adalah seorang arkeolog yang terkenal.
Paman Ben adalah salah satu alasan kami memutuskan untuk datang ke Mesir di liburan kali ini.
Dan juga ayah dan ibuku sekarang sedang ada urusan bisnis di Kairo dan Alexandria serta beberapa tempat lainnya.

Ibu dan Ayah punya bisnis sendiri. Mereka menjual peralatan pendingin. Aku biasanya tidak terlalu tertarik untuk ikut. Tetapi kadang-kadang mereka bepergian ke tempat-tempat yang punya sejarah , seperti Mesir, dan mau tidak mau harus ikut pergi dengan mereka.
Aku mengalihkan pandanganku ke piramida dan memikirkan pamanku.
Paman Ben dan para pekerjanya sedang menggali di dalam Piramida Besar, menjelajah dan menemukan mumi baru,
Dia selalu tertarik dengan tanah leluhurnya . Dia sudah tinggal di Mesir selama bertahun-tahun. Paman Ben adalah seorang yang sangat ahli mengenai piramida dan mumi. Aku bahkan pernah melihat fotonya di National Geographic.
" Kapan kita akan bertemu dengan  Paman Ben? " Tanyaku sambil  menarik-narik lengan Ayah. Tanpa sengaja menarik terlalu keras, hingga buku panduan terjjatuh dari tangannya.

Bersambung... hal 4

No comments:

Post a Comment

Alur Cerita film Mortal Kombat

 Pada abad ke-17 Jepang, pembunuh Lin Kuei, yang dipimpin oleh Bi-Han, menyerang desa Hanzo Hasashi dan anggota klan ninja Shirai Ryu sainga...