Apakah bercandanya sudah keterlaluan? “Sarah ... maaf kalau-\-\-“ “It’s okay,” Sarah menyeka sudut matanya. “Ada yang bisa aku bantu?” Bian merasa tidak enak. Sarah menarik napas. “Hanya saja ... entahlah, mungkin hanya stress menjelang pernikahan.” “Kamu ragu?” Sarah tidak langsung menjawab. “Mungkin ... a-aku belum bisa melupakanmu.”
Bian bergeming. Suasana menjadi canggung. Ia tidak menyangka Sarah akan berkata seperti itu. Ini seperti kembali ke awal, saat dulu dia meminta Sarah untuk melepaskannya. Apakah Sarah belum bisa membuka hatinya untuk Aldi?
**** Bian memperhatikan Tari yang sedang tidur. Ia baru sampai di rumah pukul sebelas malam. Ia berbincang dengan Sarah sampai lupa waktu. Tari terbangun saat merasakan kasurnya bergerak. Ia mengerjap pelan. “Mas Bian ..., “ panggilnya. “Hei, sori, kamu jadi kebangun.” Bian membelai lembut rambut istrinya. “Baru pulang?” tanya Tari dengan suara serak. “Iya.” Tari hendak duduk tetapi Bian mencegahnya. “Nggak usah, tidur saja lagi.” “Kamu mau makan? Atau .... “ “Nggak usah. Kamu tidur saja. Aku mau bersih-bersih dulu. Habis ini juga mau langsung tidur.” Tari mengangguk.
Bian mengecup bibirnya singkat sebelum beranjak ke kamar mandi. Ia kembali tidur. Ketika Bian kembali ke petiduran, istrinya itu sudah terlelap. Ia merebahkan tubuh sembari memeluk Tari seperti biasa. Entah kenapa, pertemuan dengan Sarah barusan mengusiknya. Ia masih merasa bersalah. Rasanya belum tenang sebelum Sarah benar-benar menikah dengan Aldi. Ia ingin Sarah juga merasakan kebahagiaan yang ia rasakan dengan Tari. Ia berjanji akan membantu Sarah sebisanya.
***** “Akhir pekan ini masuk?” tanya Tari saat sarapan. “Masuk, setengah hari.” “Kamu bawa mobil, ya,” pinta Tari. “Kenapa memangnya?” “Habis pulang kantor jemput aku di Aston, ya. Ada training.” “Terus kamu berangkatnya?” “Anterin ..., “ pinta Tari manja. Bian tersenyum simpul. “Kalau ada maunya aja .... “ Tari mencebik. “Ya, sudah, kalau nggak mau.” Bian tertawa kecil. “Ngambek .... “ Tari mengabaikan Bian dan melanjutkan sarapannya.
Bersambung.. ke sini
No comments:
Post a Comment